Tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hari Kesehatan Kuping dan Kuping Sedunia. Tujuan dari adanya peringatan hari kesehatan telinga dan pendengaran ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat perihal bagaimana mencegah tuli dan gangguan pendengaran. Berdasarkan sejarah yang tercatat bahwa peringatan ini berawal dari pada Tahun 2007, dimana pada hari itu diadakannya Konferensi Internasional pertama perihal Pencegahan dan Rehabilitasi Gangguan Kuping. Konferensi di selenggarakan di Beijing oleh Kecil Penelitian Rehabilitasi Kuping Tuna Rungu Cina (CRRCDC), Federasi Orang Cacat (CDPF) Beijing, Cina dan WHO. Konferensi hal yang demikian menghasilkan satu deklarasi adalah Deklarasi Beijing dan ditentukannya Tanggal 3 Maret sebagai Internsional Ear Care Day. Sehingga semenjak hari itu tiap Tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hari Kesehatan Kuping dan Kuping Sedunia. Kemudian untuk di Negara Indonesia, peringatan hal yang demikian baru dimulai pada Tahun 2010, dimana pemerintah menentukan bahwa tiap Tanggal 3 Maret diperingati sebagai hari Kesehatan Kuping dan Pedengaran Nasional.

Seseorang dikatakan memiliki gangguan pendengaran sekiranya ia tidak bisa mendengar secara bagus seperti pendengaran orang normal, adalah pada ambang batas pendengaran 20 dB pada satu telinga atau keduanya. Gangguan pendengaran dan ketulian bisa disebabkan oleh dua faktor utama adalah faktor bawaan dan faktor Risiko kejadian. Sedangkan bawaan terjadi semenjak lahir, biasanya terjadi karena adanya kelainan genetik herediter dan non herediter pada ketika kehamilan dan melahirkan. Berdasarkan faktor risiko kejadian itu bisa menjangkit segala usia, menurut pada faktor risiko yang ada.

Pemakaian data World Health Organization (WHO) mengucapkan bahwa 466 Juta Orang di Dunia mengalami gangguan pendengaran (6.1% dari total populasi di dunia), dimana 34 juta adalah menjangkit anak-anak dan 432 juta menjangkit orang dewasa. WHO juga menceritakan lebih dari 1 Miliar anak muda terkena risiko mengalami gangguan pendengaran karena terpapar kebisingan/suara keras. Diperkirakan pada tahun 2050 penderita slot 777 gangguan pendengaran akan mencapai 900 juta jiwa. Pada anak di bawah 16 tahun, 60% gangguan pendegaran disebabkan oleh penyebab yang bisa dicegah, di negara berpenghasilan rendah prevalensi gangguan telinga pada anak lebih besar angkanya adalah 75% dibanding dengan negara berpenghasilan tinggi adalah 49%. Secara keseluruhan, penyebab gangguan pendengaran pada anak yang bisa dicegah mencakup Infeksi seperti gondok, campak, rubela, meningitis, infeksi sitomegalovirus, dan otitis media kronis (31%). Komplikasi pada ketika kelahiran, seperti kelahiran asfiksia, berat badan lahir rendah, prematur, dan penyakit kuning (17%). Pengaruh obat-obatan ototoxic pada ibu hamil dan bayi (4%).

Sedangkan dari adanya gangguan pendengaran kecuali pada fungsi telinga, juga berakibat pada sosial, emosional dan ekonomi, karena tidak jarang orang yang memiliki gangguan pendengaran mendapat perlakukan kurang bagus dari orang sekitar (dikucilkan). Berdasarkan pada faktor ekonomi, hal ini telah terang memiliki akibat yang besar, karena semakin banyak penderita gangguan pendegaran yang tidak teratasi secara cepat, karenanya semakin besar tarif yang dikeluarkan untuk pengobatan.

Pada Tahun 2020 dalam memperingati hari kesehatan telinga dan pendengaran, World Health Organization (WHO) mengangkat tema “Hearing For life: Don’t Let Hearing Lost Limit You”. Tema hal yang demikian mengartikan bahwa semacam itu pentingnya pendengaran dalam kehidupan. dengan mendengar kita bisa mengenal segala hal, termasuk dunia kesehatan. Tema hal yang demikian juga adalah suatu ajakan terhadap segala masyarakat di dunia untuk selalu menjaga pendegarannya supaya bisa mendengar se usia hidup, sehingga kita bisa menjadi manusia yang terus berkembang dan maju.

Jaga Telingamu. Jangan biarkan gangguan pendengaran membatasimu dari dunia!

By admin7

Tinggalkan Balasan