Pekerja seringkali menunda pun melewatkan jam makan siang. Tahukah bahwa aktivitas satu ini baik bagi kesehatan mental, terutamanya untuk Anda yang berprofesi sif (shift) malam?

Sebuah studi baru-baru ini dikerjakan dalam upaya mengetahui akibat makan siang bagi para pekerja sif terhadap suasana hati dan kesehatan mental.

Studi ini didasari oleh fakta bahwa telah terjadi ketidakselarasan antara jam biologis — yang dikenal juga dengan irama sirkadian — pekerja sif malam dan siklus lingkungan serta perilaku sehari-hari, sebab jam kerja yang tidak teratur.

Studi menunjukkan bahwa irama sirkadian mempunyai akibat bagi suasana hati dan mutu tidur. Dari penelitian juga ditemukan bahwa pekerja sif mempunyai risiko sebesar 25 s.d 40 persen mengalami depresi dan kecemasan yang lebih tinggi slot terbaru ketimbang pekerja lazim.

Penelitian sebelumnya juga memerlihatkan bukti kerja sif berhubungan erat dengan risiko situasi metabolik yang lebih tinggi, seperti diabetes ragam 2, seperti dikutip dari website Medical News Today pada Kamis, 15 September 2022.

Tapi, yang menarik dari penelitian ini, disebutkan bahwa makan di siang hari — sekalipun jam tidur acak-acakan — bisa menolong menjaga keselarasan irama sirkadian dan mencegah terjadinya intoleransi glukosa selama berprofesi di malam hari.

Tapi, satu hal yang wajib digarisbawahi, masih perlu banyak bukti berbasis penelitian mengenai intervensi irama sirkadian dan hubungannya dengan meningkatkan kesehatan mental populasi berisiko.

Pendapat Pakar Tentang Dampak Makan Siang

Baru-baru ini, para peneliti melaksanakan uji klinis acak (RCT) untuk memandang bagaimana makan siang hari memengaruhi suasana hati di antara mereka yang berprofesi di lingkungan kerja sif yang disimulasikan.

Peserta yang mencontoh penelitian ini terdiri dari 19 orang, termasuk di antaranya 12 pria dan tujuh wanita dengan rata-rata umur 26,5 tahun.

Untuk memersiapkan penelitian ini, para peserta direkomendasikan memertahankan waktu tidur konsisten delapan jam selama dua pekan. Juga menjalani pemeriksaan laboratorium selama 14 hari.

Setelah melaksanakan pengukuran dasar, para peserta kemudian menjalani protokol desikronisasi paksa atau forced desynchrony (FD) dalam cahaya redup selama empat hari dan 28 jam.

Selama fase FD, para peserta secara acak diharuskan menerima makanan baik di siang hari saja atau pada siang dan malam hari sekalian, yang khas dikerjakan pekerja malam.

Kondisi lain konsisten sama di antara para peserta, termasuk asupan kalori dan makronutrien, aktivitas jasmaniah, durasi tidur, situasi pencahayaan, dan kerja malam.

Para peneliti mengevaluasi situasi suasana hati seperti depresi dan kecemasan peserta tiap-tiap jam selama hari-hari FD.

By admin7

Tinggalkan Balasan